PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian dalam jangka panjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia hanya dua abad belakangan ini, dan oleh Simon Kuznets, seorang ahli ekonomi terkemuka di Amerika Serikat yang pernah memperoleh hadiah Nobel dinyatakan bahwa, proses pertumbuhan ekonomi tersebut dinamakannya sebagai Modern Economic Growth. Dalam periode tersebut, dunia telah mengalami perkembangan pembangunan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Sampai abad ke-18, sebagian besar masyarakat di dunia masih hidup pada tingkat subsistem, dan mata pencaharian utamanya adalah dari melaksanakan kegiatan di sektor pertanian, perikanan atau berburu. (Sadono Sukirno, 1998, : 413)
Pada dasarnya, pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan output perkapita dalam jangka panjang. Hal ini berarti, bahwa dalam jangka panjang, kesejahteraan tercermin pada peningkatan output perkapita yang sekaligus memberikan banyak alternatif dalam mengkonsumsi barang dan jasa, serta diikuti oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. (Boediono, 1993 : 1 – 2) Pertumbuhan ekonomi juga bersangkut paut dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan, bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan pendapatan. Dalam hal ini berarti terdapatnya kenaikan dalam pendapatan nasional yang ditunjukkan oleh besarnya nilai Produk Domestik Bruto (PDB).
Indonesia, sebagai suatu negara yang sedang berkembang, sejak tahun 1969 dengan giat melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan nasional mengusahakan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, yang pada akhirnya memungkinkan terwujudnya peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat.
Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif dari tahun 1984-1997. Pada tahun 1998 menunjukkan penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu – 13,12 %, hal ini disebabkan karena krisis moneter dan krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang berlanjut menjadi krisis multidimensi, sehingga membawa dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 1998, pada tahun 1999-2003 baru dapat tumbuh lagi pertumbuhan ekonominya walaupun tidak sepesat pada tahun-tahun sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana Kerangka teoritis tentang pertumbuhan ekonomi di Indonesia ?
- Bagaimana Perkembangan atau pertumbuhan Ekonomi di Indonesia pada abad 21 (2000-2012) ?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui bagaimana kerangka teoritis pertumbuhan ekonomi di indonesia.
- Untuk mengetahui bagaimana perkembangan atau pertumbuhan ekonomi di indonesia pada abad 21 (2000-2012).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kerangka Teoritis dan Perkembangan Teoritis
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Proses mengggambarkan perkembangan perekenomian dari waktu ke waktu yang lebih bersifat dinamis, output per kapita mengaitkan aspek output total (GDP) dan aspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang menunjukkan kecenderungan perubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang didorong oleh proses intern perekonomian (self generation).
Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.
Teori pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Tredapat banyak teori pertumbuhan ekonomi tetapi tidak satu teoripunyang komprehensif yang dapat menjadi standar yang baku, karena masing- masing teori memiliki kekhasan sendiri- sendiri sesuai dengan latar belakang teori tersebut.
a. Teori Pertumbuhan Harrod-Dommar
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh Evsey Domar (Massachussers Institute of Technology) dan Sir Roy F. Harrod (Oxford University). Teori ini mengembangkan analisis Keynes dengan memasukkan masalah- masalah ekonomi jangka panjang, serta berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth).
Teori Harrod- Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu:
- Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang- barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh.
- Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga dan sektor perusahaan, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol
- Kecenderungan untuk menabung (marginal propensity to save = MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara modal output (capital-output ratio = COR) dan rasio pertambahan modal-output (incrementall capital-output ratio = ICOR).
Menurut Harrod- Domar, setiap perekonomian dapat menyisihkan suatu proporsi tertentu dari pendapatan nasionalnya jika hanya untuk mengganti barang- barang modal (gedung- gedung, peralatan dan material) yang rusak. Namun untuk menumbuhkan perekonomian diperlukan investasi- investasi baru sebagai tambahan stok modal. Jika dianggap ada hubungan ekonomis secara langsung antara besarnya stok modal (K) dan output total (Y), maka setiap tambahan bersih terhadap stok modal (investasi baru) akan mengakibatkan kenaikan output total sesuai dengan rasio modal output tersebut, hubungan ini dikenal dengan istilah rasio modal output (COR).
b. Teori Pertumbuhan Solow- Swan
Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangakan oleh Robert Solow dan Tevor Swan. Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi tergantung pada penyediaan faktor- faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini didasarkan analisis klasik, bahwa perekonomian akan tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (gull employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya digunakan sepanjang waktu.
B. Perkembangan Ekonomi Indonesia Awal Abad 21
1. Perekonomian Indonesia Tahun 2000
Pada tahun 1998, pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar minus 13,12 %. Kemudian, pada tahun-tahun berikutnya, perekonomian nasional Indonesia mengalami pemulihan (recovery), meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yang mengalami krisis serupa, proses pemulihan ekonomi di Indonesia relatif lebih lambat.
Memasuki tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Produk Domestik Bruto Indonesia atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 tercatat sekitar 955,75 miliar, tahun 1999 sekitar 1.099,7 triliun, tahun 2000 sekitar Rp. 1,265.0 trilliun. Setahun kemudian nilainya menjadi 1,449.4 trilliun. Pada tahun 2002 nilai PDB Indonesia atas dasar berlaku telah mencapai Rp. 1,610.0 trilliun.
2. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2001
PDB Indonesia tahun 2001 secara riil meningkat sebesar 3,32 persen dibandingkan tahun 2000. Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor listrik -gas-air bersih sebesar 8,43 persen, diikuti sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 7,51 persen, sektor perdagangan sebesar 5,11 persen.
Perekonomian Indonesia tahun 2001 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.411,1 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta .
3. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2002
PDB Indonesia selama tahun 2002 meningkat sebesar 3,66 persen dibandingkan PDB tahun 2001. Pertumbuhan ini terjadi pada semua sektor ekonomi, tertinggi pada sektor pengangkutan-komunikasi sebesar 7,83 persen, listrik-gas-air bersih sebesar 6,17 persen, dan keuangan-persewaan-jasa perusahaan sebesar 5,55 persen. Perekonomian Indonesia tahun 2002 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.610,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp. 426,7 triliun.
4. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2003
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2003 meningkat sebesar 2,93 persen terhadap triwulan II tahun 2003. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2003 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2003 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2002 mengalami pertumbuhan sebesar 3,93 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2003 tumbuh sebesar 3,69 persen dibandingkan dengan triwulan I sampai dengan triwulan III Tahun 2002.
PDB Indonesia selama 3 triwulan pertama tahun 2002 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1 206,4 triliun, sedang selama 3 triwulan pertama tahun 2003 sudah mencapai Rp. 1 291,6 triliun. Disisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2003 terhadap triwulan II tahun 2003 didorong oleh kenaikan seluruh komponen penggunaan yaitu konsumsi rumahtangga yang naik 1,51 persen, konsumsi pemerintah naik sebesar 6,30 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) naik 2,45 persen, ekspor naik 2,69 persen dan impor naik 3,63 persen.
5. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2004
Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,13 persen dibanding tahun 2003. Pertumbuhan PDB terjadi di hampir semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,70 persen, diikuti oleh sektor bangunan sebesar 8,17 persen, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 7,72 persen.
6. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2005
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar 2,87 persen terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34 persen.
Secara kumulatif, pertumbuhan PDB triwulan I sampai dengan triwulan III tahun 2005 dibandingkan dengan periode yang sama Tahun 2004 tumbuh sebesar 5,76 persen. PDB Indonesia selama 3 triwulan pertama tahun 2004 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 1 703,0 triliun, sedang selama 3 triwulan pertama tahun 2005 sudah mencapai Rp 2 012,4 triliun. Di sisi penggunaan, pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 terhadap triwulan II tahun 2005 didorong oleh kenaikan konsumsi pemerintah sebesar 20,47 persen, sedangkan konsumsi rumah tangga naik sebesar 1,79 persen, pembentukan modal tetap bruto (PMTB) sebesar 1,55 persen, ekspor sebesar 1,89 persen, di sisi lain impor sebesar 2,35 persen.
7. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2006
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen. Besaran PDB Indonesia pada tahun 2006 atas dasar harga berlaku mencapai Rp3.338,2 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp1.846,7 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2006 menurun 1,9 persen dibandingkan dengan triwulan III/2006 (q-to-q), dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2005 (y-on-y) tumbuh sebesar 6,1 persen.
8. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2007
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2007 atas dasar harga berlaku mencapai Rp 3.957,4 triliun,sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp 1.964,0 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV/2007 dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q)menurun sebesar minus 2,1 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV/2006 (y-on-y) tumbuhsebesar 6,3 persen.
9. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2008
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2008 atas dasar harga berlaku mencapai Rp4.954,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.082,1 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2008 dibandingkan dengan triwulan III-2008 (q-to-q) menurun sebesar minus 3,6 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2007 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,2 persen.
10. Pertumbuhan Ekonomu Tahun 2009
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Besaran PDB Indonesia pada tahun 2009 atas dasar harga berlaku mencapai Rp5.613,4 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan (tahun 2000) mencapai Rp2.177,0 triliun. Secara triwulanan, PDB Indonesia triwulan IV-2009 dibandingkan dengan triwulan III-2009 (q-to-q) menurun sebesar 2,4 persen, dan bila dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,4 persen.
11. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan Triwulan IV-2009, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 1,9 persen (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi pada Sektor Pertanian, Sektor Keuangan-Real Estat-Jasa Perusahaan, Sektor Pengangkutan- Komunikasi, sektor Jasa-jasa, dan Sektor Perdagangan-Hotel-Restoran. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 18,1 persen, karena adanya musim panen tanaman padi pada Triwulan I-2010.
PDB Indonesia pada Triwulan I-2010 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2009 (y-on-y) mengalami pertumbuhan sebesar 5,7 persen. Sektor perdagangan-hotel restoran tumbuh sebesar 9,3 persen dan sekaligus merupakan sumber pertumbuhan terbesar (y-on-y) pada perekonomian Indonesia Triwulan I-2010.
12. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap Triwulan II-2011 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu 1,3 persen. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y), PDB Indonesia Triwulan III-2011 ini tumbuh sebesar 6,5 persen, dimana semua sektor tumbuh positif dan pertumbuhan tertinggi di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 10,1 persen. Secara kumulatif, pertumbuhan PDB Indonesia hingga Triwulan III-2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,5 persen.
13. Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2012
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Berdasarkan kajian Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) yang dipresentasikan dalam seminar regional di Jakarta, Selasa (29/11), Produk Domestik Bruto enam negara-negara ASEAN selama 2012-2016 rata-rata sebesar 5,6 persen.
Negara tersebut meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Filipina. Rata-rata pertumbuhan Indonesia selama periode tersebut sebesar 6,6 persen atau yang tertinggi di antara capaian lima negara lainnya. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Sementara rata-rata pertumbuhan ekonomi negara lainnya di bawah capaiannya dalam periode 2003-2007.
Sumber pertumbuhan ekonomi ini terutama adalah perbaikan iklim investasi yang akan mendorong masuknya aliran FDI secara signifikan hingga mencapai 1,5% PDB pada 2012, sehingga diharapkan pangsa investasi terus meningkat dan mencapai sekitar 30% PDB pada 2012. Selain itu, perdagangan intra-regional dalam kawasan ASEAN dan Asia Pasifik diperkirakan masih menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam jangka menengah. Dari sisi domestik, kebijakan moneter yang tetap disiplin dalam menjaga stabilitas ekonomi makro serta kebijakan fiskal yang masih bersifat stimulasi akan berperan penting dalam mendukung prospek perekonomian Indonesia dalam jangka menengah.
Prakiraan pertumbuhan ekonomi di atas jelas membutuhkan prasyarat kebijakan struktural yang kokoh seperti perbaikan iklim investasi, pemberdayaan UMKM, reformasi sektor keuangan dan perbaikan infrastruktur. Berbagai kondisi eksternal dan domestik yang kondusif tersebut diprakirakan akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan laju inflasi yang tetap terkendali. Stabilitas ekonomi makro yang terus terjaga dan potensi pasar yang besar menjadi daya tarik investor internasional untuk tetap melakukan investasi di Indonesia.8 Aliran masuk FDI yang terus meningkat diikuti dengan pesatnya pertumbuhan investasi yaitu dari kisaran 9,3% pada 2008 menjadi 13,0-15,0% pada 2012. Investasi yang meningkat pesat selanjutnya akan menaikkan (baca: perbaikan produksi dan distribusi) kapasitas perekonomian dari sisi penawaran sehingga pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat tercapai dari 6,2% pada 2008 menjadi 7,4-8,0% pada 2012, diiringi dengan menurunnya inflasi. Inflasi yang rendah yang dibarengi rencana kenaikan upah minimum menyebabkan daya beli riil masyarakat akan meningkat, sehingga konsumsi swasta diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi mencapai 5,6-6,0% pada 2012.
Keadaan ketenagakerjaan di Indonesia pada Februari 2012 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan adanya peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,0juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,0 juta orang dibanding keadan Februari 2011.
Penduduk yang bekerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,1 juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu (Februari 2011). Sementara, jumlah penganggur pada Februari 2012 mengalami penurunan sekitar 90 ribu orang jika dibanding keadaan Agustus 2011 dan mengalami penurunan sebesar 510 ribu orang jika disbanding keadaan Februari 2011. Meskipun jumlah angkatan kerja bertambah, tetapi dalam satu tahun terakhir terjadi penurunan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 0,30 persen poin.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi secara singkat merupakan proses kenaikan ouput per kapita dalam jangka panjang, pengertian ini menekankan pada tiga hal yaitu proses, output per kapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan secara sederhana sebagai kenaikan output total (PDB) dalam jagka panjang tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih kecil atau lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk atau apakah diikuti oleh pertumbuhan struktur perekonomian atau tidak.
Teori pertumbuhan ekenomi menjelaskan faktor- faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi serta bagaimana keterkaitan antara faktor- faktor tersebut sehingga terjadi proses pertumbuhan. Beberapa teori pertumbuhan ekonomi yaitu teori Pertumbuhan Harrod-Dommar dan teori pertumbuhan sollow-swan.
Tahun 2000, perekonomian Indonesia diwarnai oleh nuansa optimisme yang cukup tinggi. Hal ini antara lain ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiah sejalan dengan penurunan inflasi dan tingkat suku bunga pada sektor riil. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2000 sebesar 4,86 % lebih tinggi dari prakiraan awal tahun oleh Bank Indonesia sebesar 3,0 % sampai dengan 4,0 %.
Perekonomian Indonesia tahun 2001 yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 1.491,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 1993 sebesar Rp.411,1 triliun. PDB per kapita atas dasar harga berlaku pada tahun 2001 mencapai Rp. 7,2 juta .
Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2002 digerakkan oleh kegiatan konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah. Hal ini terlihat dari besarnya konsumsi rumahtangga dan konsumsi pemerintah pada tahun 2002 terhadap tahun 2001 masing-masing tumbuh sebesar 4,72 persen dan 12,79 persen. Sedangkan pembentukan modal tetap bruto dan ekspor masing-masing turun sebesar minus 0,19 persen dan minus.
Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2.303,0 triliun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 1.660,6 triliun, dengan pertumbuhan mencapai 5,13 persen dibanding tahun 2003.
PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 meningkat sebesar 2,87 persen terhadap triwulan II tahun 2005. Pertumbuhan PDB triwulan III tahun 2005 ini terjadi pada semua sektor ekonomi. PDB Indonesia pada triwulan III tahun 2005 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 5,34 persen.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2006 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) meningkat sebesar 5,5 persen terhadap tahun 2005. Semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 13,6 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 2,2 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun2006, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan terendah di sektor pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDBtanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2008 meningkat sebesar 6,1 persen terhadap tahun 2007, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi 16,7 persen dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian 0,5 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2008 mencapai 6,5 persen.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2009 meningkat sebesar 4,5 persen terhadap tahun 2008, terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 15,5 persen dan terendah di Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 1,1 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2009 mencapai 4,9 persen.
Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada Triwulan I-2010 mencapai Rp1.498,7 triliun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 besarnya mencapai Rp558,1 triliun.
Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada Triwulan III-2011 meningkat sebesar 3,5 persen terhadap Triwulan II-2011 (q-to-q). Peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di Sektor Pertanian 5,0 persen dan terendah di Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yaitu 1,3 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi. Indonesia juga diperkirakan akan menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pertumbuhannya selama 2012-2016 di atas rata-rata pertumbuhan selama 2003-2007. Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama periode 2012-2016 tertinggi di antara negara-negara ASEAN lainnya. Dari indikator Produk Domestik Bruto, Indonesia tertinggi.
No comments:
Post a Comment