BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Ekonomi makro
merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan dan memperlajari
mekanisme bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan.Dengan demikian
hubungan yang ingin dipelajari oleh ekonomi makro pada pokoknya ialah
hubungan-hubungan antara variabel ekonomi aggregative. Diantara itu banyak
dipersoalkan dalam ekonomi makro antara lain: tingkat pendapatan nasional,
tingkat pendapatan kerja, pengeluaran konsumsi rumah tangga, saving, investasi
nasional, jumlah uang yang beredar, tingkat harga, tingkat bunga.
1.2 Rumusan Masalah
-
Bagaimana perkembangan ekonomi makro di
Indonesia?
-
Siapa saja pelaku-pelaku dalam ekonomi?
-
Apa saja kebijaksanaan ekonomi makro?
-
Apa saja yang menjadi permasalahan dalam
ekonomi makro?
-
Apa yang menjadi kelemahan-kelemahan
dalam ekonomi makro?
1.3 Tujuan Penulisan
-
Mengetahui pekembangan ekonomi makro di
Indonesia
-
Mengetahui siapa saja pelaku-pelaku
dalam ekonomi
-
Mengetahui kebijaksanaan ekonomi makro
-
Mengetahui permasalahan yang terjadi
dalam ekonomi makro
-
Mengetahui kelemahan-kelemahan dalam
ekonomi makro
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
EKONOMI MAKRO
Pada tahun 1929-1933 terjadi adanya The Great Depression.Yaitu kejadian
dimana negara-negara diseluruh dunia mengalami masalah ekonomi.Angka
pengangguran meningkat, output ekonomi berkurang, investasi merosot
tajam.Keadaan ini membuat hipotesis mengenai ekonomi klasik pun
dipertanyakan.Karena paham ekonomi klasik hanya tergantung oleh mekanisme
pasar.keadaan ini mendorong seorang ahli ekonomi terkemuka inggris bernama John
Maynard Keynes mengemukakan pendapat dalam buku The General Theory of Employment
Interest and Money.
Ekonomi makro adalah studi tentang
ekonomi secara keseluruhan.Ekonomi makro menjelaskan perubahan ekonomi yang
mempengaruhi banyak masyarakat, perusahaan dan pasar. Ekonomi makro dapat
digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target
tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.
Ilmu ekonomi makro hanya membahas
variabel-variabel yang berhubungan dengan gejala-gejala perekonomian secara
keseluruhan, secara totalitas, atau gejala umum, bukan perilaku dari pelaku
ekonomi secara individual.Secara umum terdapat beberapa variabel yang menjadi
isu utama ekonomi makro.
PERKEMBANGAN ILMU EKONOMI MAKRO
Ekonomi makro berkembang berawal dari kegagalan ekonomi klasik yang
sangat fanatik terhadap konsep mekanisme pasar dalam mengatur perekonomian.
Adam Smith sebagai tokoh ekonomi klasik pada tahun 1776 menulis buku yang
berjudul The Wealth of Nations meyakinkan
para ahli ekonomi klasik bahwa konsep invisible
hand atau bekerjanya mekanisme pasar dapat menentukan produk apa yang akan
dihasilkan.
Analisis ekonomi makro mulai
berkembang dengan pesat setelah seorang ahli ekonomi Inggris yaitu John Maynard
Keynes pada tahun 1936 menerbitkan buku yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and Money.
2.2 PELAKU-PELAKU EKONOMI
Masyarakat
pelaku ekonomi dapat dibagi dalam empat kelompok dan masing-masing mempunyai
peranan dan tujuan.
1. Households
atau Rumah Tangga Konsumsi
Peranan
RTK dalam kegiatan ekonomi antara lain sebagai berikut:
Sebagai
pemilik atau pemasok sumber daya atau faktor produksi yang diperlukan kelompok
pelaku ekonomi lainnya.
2. Bussines
atau Rumah Tangga Produksi
Peranan RTP dalam
kegiatan ekonomi antara lain sebagai berikut:
Sebagai penghasil atau pemasok barang-barang
hasil produksi kelompok masyarakat lainnya.
3. Government
Sector, Rumah Tangga Negara
Peranan
RTN dalam kegiatan ekonomi antara lain sebagai berikut:
Sebagai
penghasil barang public, sebagai pemakai faktor produksi dari RTK dan dari luar
negeri (RTLN).
4. Foreign
Sector, Rumah Tangga Luar Negri
Peranan
RTLN dalam kegiatan ekonomi antara lain sebagai berikut: Sebagai penghasil
barang dan jasa yang dibutuhkan kelompok pelaku kegiatan ekonomi lainnya,
sebagai pemasok faktor produksi yang dibutuhkan kelompok pelaku ekonomi
lainnya.
2.3
KEBIJAKSANAAN EKONOMI MAKRO
Kerangka
kerja penawaran dan permintaan agregat menegaskan bahwa di bawah kondisi
tertentu, kebijaksanaan ekonomi makro mempunyai peluang untuk meluaskan, atau
bahkan memperkecil permintaan.Para pembuat kebijaksanaan memiliki dua kelompok
besar alternatif kebijaksanaan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
kehidupan ekonomi.
Kebijaksanaan moneter diatur oleh bank
sentral (Federal Reserved System).Instrumen
kebijaksanaan moneter adalah perubahan cadangan uang yang beredar, perubahan
tingkat suku bunga – tingkat diskonto – di mana Bank Sentral meminjamkan uang
kepada Bank Komersial, dan pengawasan terhadap sistem perbankan.Kebijakasanaan fiskal adalah bidang kewenangan parlemen,
dan biasanya diprakarsai oleh lembaga
eksekutif. Instrumen kebijaksanaan fiskal adalah tarif pajak dan
besarnya tingkat pengeluaran pemerintah.
Satu
dari kenyataan pokok kebijaksanaan adalah bahwa pengaruh kebijaksanaan moneter
dan fiskal terhadap perekonomian tidak sepenuhnya dapat diramalkan, baik yang
berkaitan dengan waktu maupun tingkat pengaruhnya terhadap permintaan dan
penawaran.Kedua aspek ketidakpastian ini merupakan inti dari masalah
kebijaksanaan stabilisasi. Kebijaksanaan stabilisasi adalah kebijaksanaan
moneter dan fiskal yang dirancang untuk memperlunak fluktuasi perekonomian -
terutama fluktuasi pada laju
pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan tingkat pengangguran.
Fluktuasi
yang besar pada laju inflasi dan tingkat pengangguran, yang dengan
terang-terangan memperlihatkan bahwa kebijaksanaan stabilisasi belum sepenuhnya
berhasil menurunkan tingkat kedua variabel tersebut.Kegagalan kebijaksanaan
stabilisasi ini terjadi karena unsur ketidakpastian mekanisme kerja dari
kebijaksanaan tersebut terhadap perekonomian.
Betapapun,
masalah ekonomi politik juga terlibat dalam penerangan kebijaksanaan
stabilisasi.Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghapuskan tingkat
pengangguran, dengan konsekuensi meningkatnya laju inflas, jelas merupakan
suatu masalah penilaian mengenai kondisi perekonomian maupun kerugian yang
mungkin timbul akibat terjadinya kekeliruan. Mereka yang lebih mengkhawatirkan
kerugian yang diakibatkan oleh pengangguran dibanding dengan kerugian yang
terjadi karena adanya tekanan inflasi akan bersedia menanggung beban inflasi
yang semakin tinggi untuk mengurangi tingkat pengangguran daripada mereka yang
menganut pandangan yang sebaliknya.
Ekonomo
politik mempengaruhi kebijaksaan stabilisasi melalui cara-cara yang lebih
beragam dibanding melalui kemungkinan risiko yang seringkali dikaitkan oleh
sejumlah pengambil kebijaksanaan dari aliran politik yang berbeda pada inflasi
dan pengangguran dari risiko yang siap untuk mereka hadapi dalam rangka
menyehatkan situasi kehidupan ekonomi. Pun terhadap apa yang disebut dengan siklus ekonomi politik, yang pada
prinsipnya didasarkan pada observasi bahwa hasil pemilihan umum, dipengaruhi
oleh kondisi ekonomi yang berlaku ketika itu. Bila keadaan ekonomi telah
membaik dan tingkat pengangguran telah menurun, presiden yang sedang berkuasa
akan cenderung terpilih kembali. Dengan demikian, para pembuat kebijaksanaan
sangat terangsang untuk berusaha terpilih kembali, atau bagi siapa saja yang
ingin mempengaruhi hasil pemilihan umum, untuk menggunakan kebijaksanaan
stabilisasi guna menciptakan kondisi ekonomi yang baik sebelum dilaksanakannya
pemilihan umum.
Kebijaksanaan
stabilisasi juga dikenal dengan contercylical
policy, yakni kebijaksanaan untuk memperlunak siklus perdagangan ataupun
siklus ekonomi. Kebijaksanaan stabilisasi yang berhasil akan meratakan siklus
yang terjadi, sementara kebijaksanaan stabilisasi yang gagal mungkin justru
akan memperburuk fluktuasi perekonomian. Memang salah satu dari doktrin
moneterisme adalah bahwa fluktuasi yang besar pada perekonomian lebih banyak
terjadi karena tindakan pemerintah, dan bukan ketidakstabilan yang menjadi ciri
dari sektor swasta dalam kegiatan ekonomi.
2.4 PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO
Berikut ini adalah beberapa
permasalahan yang sering terjadi pada ekonomi makro
A. Inflasi
Inflasi adalah
kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus
menerus.Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut
inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada
barang lainnya.Kebalikan dari inflasi disebut deflasi.
TIMBULNYA INFLASI
“inflasi”
semata-mata suatu gejala ekonomi, dimana kecenderungan harga-harga untuk naik
secara bersamaan. Sebab-sebab timbulnya inflasi khusus dari segi ekonomi; dan
penentuan sebab-sebab “ekonomis obyektif” ini mungkin bukanlah tugas yang
paling sukar.Biasanya kita harus melampaui batas-batas ilmu ekonomi dan
memasuki bidang ilmu sosiologi dan ilmu politik.
Masalah inflasi
dalam arti yang lebih luas bukan semata-mata masalah ekonomi, tetapi masalah
sosio-ekonomi-politis. Ilmu ekonomi membantu kita ntuk mengidentifikasikan
sebab-sebab obyektif dari inflasi, misalnya saja karena pemerintah
mencetak uang terlalu hanyak. Kalau kita mempertanyakan mengapa pemerinlah
harus mencetak uang, meskipun mereka tahu bahwa tindakan tersebu mengakibatkan
inflasi .seringkali jawabannya terletak di bidang sosial politik.
B. Kebijakan
Fiskal
Kebijakan Fiskal
adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana
dan kebijaksanaan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
dalam rangka melaksanakan pembangunan. Atau, kebijakan fiscal adalah kebjakan
pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran Negara.Dari semua
unsur APBN dan pajak yang dapat diatur oleh pemerintah dengan kebijakan fiscal.
Contoh kebijakan
fiscal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat
mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan
dan menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan
pengelolaan anggaran.
Tujuan kebijakan
fiscal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan
dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G),
jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah
sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan
kerja (N).
Kebijakan fiskal
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara optimal. Kebijakan
fiskal sangat berhubungan dengan pemasukan atau pendapatan negara, diantara
pendapatan negara antara lain misalnya : bea dan cukai, devisa negara, pariwisata,
pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan, impor, dan lain-lain. Macam-macam
Kebijakan Fiskal :
·
Functional
finance : Pembiayaan pemerintah yang bersifat fungsional
·
The
managed budget approach : Pendekatan pengelolaan Anggaran
·
The
stabilizing budget : Stabilisasi anggaran yang otomatis, apabila model ini
gagal, maka pemerintah dapat meningkatkan pengeluarannya seperti dengan
menaikkan gaji PNS atau subsidi
·
Balance
budget approach : Pendekatan Anggaran Belanja berimbang, namun bila terlambat
penyesuaian (Perubahan Anggaran Keuangan), maka kepercayaan masyarakat akan
hilang.
C. Uang
Dari
zaman ke zaman uang terus berkembang diseluruh negara di belahan dunia,
dikarenakan uang adalah alat transaksi dan alat tukar suatu produk barang atau
jasa.Namun dalam pembahasan ini adalah masalah uang dalam ekonomi makro.
Fungsi
uang, yaitu antara lain : Uang sebagai satuan nilai, yang maksudnya sebagai
satuan moneter yang berfung si sebagai nilai suatu barang atau jasa. Uang
sebagai alat tukaar, uang sebagai alat yang mempermudah masyarakat dalam urusan
pertukaran. Uang sebagai gudang nilai, yang maksudnya adalah uang sebagai alat
tukar baik sepanjang waktu maupun sewaktu-waktu
Dalam motif seseorang memegang uang keynes
mencetuskan dalam teori preferensi likuidasi menjelaskan bahwa ada 3 motif
masyarakat dalam memegang uang, yaitu :
1.
Motif transaksi, Keynes menekankan komponen permintaan uang
di tentukan oleh tingkat transaksi setiap orang. Oleh karena itu semakin tinggi
pendapatan seseorang maka semakin tinggi pula permintaan barang atau jasa
seseorang tersebut. Permintaan tersebut
di pengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan nasional.
2.
Motif berjaga-jaga, uang di gunakan sebagai alat untuk
menghadapi ketidakpastian akan kebutuhan di masa mendatang. Keynes percaya
bahwa jumlah uang yang digunakan berjaga-jaga tergantung pada ekspektasi
transaksi di masa mendatang.
3.
Motif spekulatif, Keynes juga sependapat bahwa uang merupakan
alat ukur kekayaan .sehingga salah satu alasan seseorang memegang uang adalah
alasan spekulatif.
Pandangan Keynes
Teori
ekonomi makro berkembang setelah J.M Keynes menunjukan kelemahan-kelemahan
pandangan para ahli ekonomi klasik mengenai penentuan tingkat perekonomian
suatu negara yang di dasari oleh penggunaan tenaga kerja penuh. Pandangan
Keynes yaitu penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) adalah keadaan
yang jarang terjadi , dan hal itu disebabkan karena kekurangan permintaan
agregat yang wujud dalam perekonomian. Keadaan ini menyebabkan pertambahan
dalam tingkat kegiatan ekonomi dan penggunaan tenaga kerja dan faktor-faktor
produksi.
D. Pengangguran
Pengangguran merupakan
masalah pokok yang dihadapi bangsa Indonesia. Terbatasnya jumlah lapangan kerja
sementara jumlah penduduk semakin berkembang pesat akan sangat memicu tingginya
angka pengangguran. Salah satu upaya pemerintah dalam mengurangi angka
pengangguran adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan.Pemerintah juga
melakukan pelatihan tenaga kerja sehingga tenaga kerja memiliki keahlian yang
dibutuhkan dalam lapangan kerja.
Pengangguran di Indonesia
disebabkan antara lain pendidikan lebih banyak memberikan kompetensi kepada
para peserta didik dalam bentuk koqnitif (teori), sedangkan kompetensi yang
bersifat psikomotor (praktek) yang bisa menjadi bekal jika peserta didik sudah
lulus dan terjun dimasyarakan sangat kecil. Sehingga sumber daya manusia yang
dihasilkan pendidikan kurang mampu bersaing di dunia kerja dan masyarakat
Indonesia lebih cenderung mencari pekerjaan bukan menciptakan lapangan pekerjaan.
Konsenkuensi dari Perekonomian Terbuka
Masalah Keseimbangan Intern dan Keseimbangan Ekstern
Perekonomian terbuka disamping sasaran
tersebut ada satu sasaran lain yang biasanya ingin pula dicapai, yaitu neraca
pembayaran yang seimbang. sasaran yang kedua ini sering disebut dengan istilah
keseimbangan ekstern atau eksternal balance. ada dua masalah pokok dalam teori
ekonomi makro yang berkaitan dengan sasaran keseimbangan intern dan
keseimbangan ekstern ini. yang pertama adalah masalah kemungkinan ketidakserasian
antara kedua sasaran tersebut. bila keseimbangan ekstern otomatis tercapai.
Demikian pula sebaliknya tercapainya
keseimbangan intern .masalah pokok yang kedua yang berkaitan erat dengan masalah pertama, berkisar sekitar
peneentuan kebijaksanaan atau kombinasi dari kebijaksanaan –kebijaksanaan yang
tepat bagi tercapainya kedua sasaran tersebut secara bersama –sama . secara
teeoritis bisa ditunjukan bahwa kedua sasaran tersebut bisa dicapai slimutan
asal saja dirumuskaan suatu kobinasi yang tepaat antara kebijaksanaan yang
bersifat meempengaruhi komposisi pengeluaran tersebut .
KELEMAHAN
– KELEMAHAN ANALISIS MAKROEKONOMI
Analisisnya Merupakan Analisis Jangka Pendek.
Bahwa analisis makroekonomi pada dasarnya merupakan analisa jangka pendek,
dapat dibuktikan dari beberapa pemisalan yang dibuat dalam teori tersebut. Dari
sifat – sifat analisisnya dapat disimpulkan bahwa teori tersebut antara lain
memisalkan terdapatnya keadaan – keadaan berikut: kapasitas alat – alat
produksi tetap, jumlah tenaga kerja tidak berubah, dan tidak terdapat perbaikan
dalam tingkat teknologi yang digunakan. Keadaan seperti ini hanya terdapat
dalam jangka pendek.
Dalam jangka panjang pertambahan penduduk
menyebabkan kenaikan dalam jumlah tenaga kerja, penanaman modal oleh para
pengusaha menyebabkan kapasitas barang modal bertambah tinggi, sedangkan
invensi dan inovasi yang terus menerus terjadi menyebabkan teknologi yang
digunakan selalu mengalami perbaikan.Dengan adnya perubahan- perubahan ini
tingkat produksi dapat terus menerus bertambah.Sedangkan dalam teori
makroekonomi pada umumnya dianggap terdapat satu tingkat pendapatan nasional
tertentu yang merupakan tingkat pendapatan maksimal yang dapat dicapai.Keadaan
ini disebabkan oleh pemisalan – pemisalan yang disebabkan di atas.
Kelemahan
teori makroekonomi yang baru dinyatakan ini sudah lama disadari oleh ahli –
ahli ekonomi.Untuk memperbaikinya, dengan dipelopori oleh Harrod dan Domar,
ahli – ahli ekonomi sesudah Keynes mulai menelaah kembali berbagai persoalan
pertumbuhan ekonomi.Tetapi, bagian ini bukanlah bagian yang terutama dari teori
makroekonomi.Lagi pula teori – teori yang dikembangkan tersebut juga masih
belum cukup memadai untuk digunakan dalam menganalisis masalah – masalah
pembangunan yang dihadapi negara berkembang, dan untuk landasan dalam
merumuskan kebijakan pembangunan.
Antara
lain kelemahan teori tersebut adalah terlalu mengagungkan peranan modal dalam
pembangunan, mengabaikan peranan faktor – faktor bukan ekonomi (non-ekonomi)
dalam pembangunan, dan beberapa pemisalan – pemisalan yang digunakan dalam
teori – teori tersebut jauh berbeda dengan kenyataan yang ada di negara
berkembang.
Tidak
Menganalisis Faktor Non-Ekonomi
Tidak terdapatnya analisis mengenai pengaruh
kedaan sosial, struktur sosial, suasana politik, nilai – nilai hidup, corak
pandangan masyarakat dan corak
kebudayaan masyarakat terhadap kegiatan ekonomi merupakan kelemahan lain dari
analisis makroekonomi. Teori
makroekonomi menganggap kegiatan ekonomi dalam masyarakat sepenuhnya
dipengaruhi oleh faktor – faktor yang bersifat ekonomi dan didasarkan pada
keinginan untuk mempertinggi efisiensi penggunaan faktor – faktor produksi yang
dimiliki.
Dalam hal ini analisis makroekonomi masih
tetap mempertahankan pendapat ahli – ahli ekonomi Klasik yang menganggap bahwa
setiap anggota masyarakat tanpa memandang apakah ia seorang pekerja, konsumen,
produsen, atau pemilik modal akan berusaha untuk mencapai tingkat pendapatan,
keuntungan atau kepuasan yang sebesar – sebesarnya. Para pekerja akan berusaha
untuk memperoleh gaji atau pendapatan lain pada tingkat yang paling maksimal
yang dapat dicapai. Para pengusaha akan berusaha untuk mencapai tingkat
keuntungan paling tinggi yang mungkin diperoleh.
Dan sebagai konsumen, mereka para pengusaha
dan para pekerja akan berusaha untik mencapai kepuasan paling maksimal dengan
menggunakan sejumlah tertentu pendapatan mereka. Demikian juga analisis
makroekonomi menganggap bahwa struktur sosial dan keadaan institusi dalam
masyarakat sesuai dengan tujuan setiap anggota masyarakat untuk memperoleh
pendapatan, keuntungan, dan kepuasan yang paling maksimal yang mungkin
dicapai.Pemisalan – pemisalan ini kurang sesuai untuk digunakan dalam analisis
kegiatan ekonomi negara berkembang.
Di dalam masyarakat yang masih dipengaruhi
oleh struktur masyarakat yang tradisional, kegiatan masyarakat sering kali
menyimpang dari yang digambarkan dalam teori ekonomi konvensional.Hal ini
mungkin menyebabkan hambatan terhadap usaha untuk mempercepat pembangunan di
negara berkembang.
Kurang
Memperhatikan Sektor Luar Negeri
Dalam analisis makroekonomi penanaman modal
oleh para pengusaha dipandang sebagai faktor terpenting yang menentukan tingkat
kegiatan ekonomi; sedangkan sektor luar negeri dipandang tidak memegang peranan
sepenting seperti penanaman modal.Di banyak negara berkembang keadaan yang
sebaliknya yang lebih banyak berlaku. Sektor luar negeri lebih besar
pengaruhnya daripada kegiatan penanaman modal dalam menentukan gelombang naik turunnya tingkat kegiatan
ekonomi.
Dari
sudut ekspor, keadaan ini terutama ditimbulkan oleh salah satu atau gabungan
dari kedua faktor berikut: (i) persentase ekspor dari seluruh pendapatan
nasional pada umunya lebih tinggi daripada persentase tingkat penanaman modal;
dan (ii) di banyak negara berkembang sebagian besar barang – barang ekspor
merupakan bahan mentah, di mana dua atau tiga jenis bahan tersebut merupakan
bagian besar dari keseluruhan ekspor. Seperti telah dijelaskan, faktor yang
kedua ini menyebabkan di negara berkembang jumlah penerimaanekspor cenderung
untuk mengalami perubahan yang lebih besar kalau dibandingkan dengan pendapatan
ekspor di negara maju.
Dari sudut impor, negara berkembang sangat
tergantung kepada negara yang lebih maju dalam melaksanakan pembangunan dan
industrialisasi.Sebagian besar barang modal untuk keperluan itu harus diimpor.
Maka maju mundurnya kegiatan pembanguan sangat dipengaruhi oleh tersedianya
devisa untuk mengimpor barang – barang tersebut
dan bahan – bahan mentah untuk keperluan pembangunan.
Dengan demikian, baik dipandang dari sudut
ekspor maupun dipandang dari sudut impor, terdapat kekuatan-kekuatan yang
menyebabkan perekonomian menghadapi keadaan naik turun yang lebih besar dalam
kegiatannya dari masa ke masa.Fluktuasi ini jauh lebih serius dari fluktuasi
kegiatan ekonomi yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan dalam jumlah
penanaman modal yang dilakukan oleh para pengusaha.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ekonomi makro adalah bagian dari ilmu
ekonomi yang mempelajari masalah ekonomi secara keseluruhan (Totalitet atau
aggregatif).Alat utama ekonomi makro adalah pendapata nasional dan analisa
pendapatan nasional.Analisa pendapatan nasional berguna untuk mengukur secara
statistic tentang besarnya pendapatan nasional, konsumsi nasioanal, tabungan
dan investasi nasional.
Secara garis besar, pemasalahan
kebijakan ekonomi makro mencakup dua permasalahan pokok yaitu masalah
stabilitasi inflasi, pengangguran, dan ketimpangan dalam neraca pembayaran,
masalah jangka panjang, atau pertumbuhan.
B.
SARAN
Dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemerintah dan pihak – pihak yang
terkait seharusnya menganalisis terlebih dahulu dampak jangka panjang yang akan
terjadi di masyarakat. Kebijakan-kebijakan ekonomi makro yang baik seharusnya
memperkuat perekonomian Negara secara keseluruhan.
No comments:
Post a Comment