Tuesday, May 2, 2023

EKONOMI MAKRO SEDERHANA

 

EKONOMI MAKRO SEDERHANA

 

A.    Ekonomi Satu Pulau Satu Orang

 

Perekonomian paling sederhana adalah perekonomian dimana hanya ada satu orang yang hidup di satu pulau. Bayangkanlah seseorang bernama Bill, yang selamat pada suatu kecelakaan pesawat , dan terdampar sendirian di suatu tempat . Di sini, individu dan masyarakat adalah satu; tidak ada perbedaan antara masyarakat dan pribadi. Akan tetapi,  hampir semua keputusan dasar yang mencirikan perekonomian kompleks harus diambil dalam suatu perekonomian sederhana. Yakni, meskipun Bill bisa mendapatkan apa pun yang diproduksinya, ia masih harus memutuskan bagaimana mengalokasikan sumber daya pulau itu, apa yang akan diproduksi, serta bagaimana dan kapan memproduksinya.

Pertama, Bill harus memutuskan apa yang ingin ia produksi. Perhatikan bahwa kata kebutuhan tidak muncul dalam pernyataan itu. Kebutuhan adalah tuntutan absolut, tapi kebutuhan itu lebih dari sekedar air yang cukup, nutrisi dasar, dan tempat bernaung untuk bertahan hidup. Kebutuhan sangat sulit didefinisikan. Apa yang menjadi “kebutuhan absolut” untuk satu orang mungkin tidak berlaku bagi orang lain. . Dalam segala hal, Bill harus menempatkan keinginannya dalam suatu urutan prioritas dan mengambil beberapa pilihan.

Kemudian ia harus melihat kemungkinan. Apa yang bisa ia lakukan untuk memenuhi keinginannya, dalam batasan pulau tersebut? Di tiap masyarakat, tak peduli sederhana atau kompleks, kemampuan orang untuk melakukan sesuatu itu terbatas. Dalam masyarakat dimana hanya ada satu orang , Bill menghadapi kendala waktu, kondisi fisiknya, pengetahuannya, keahliannya, dan sumber daya serta iklim pulau itu.

Dengan sumber daya terbatas, Bill harus memutuskan bagaimana menggunakan sumber daya yang ada dengan cara terbaik untuk memenuhi tingkat-tingkat keinginannya. Makanan mungkin akan berada di urutan teratas daftar prioritasnya. Apakah ia harus menghabiskan waktu hanya mengumpulkan buah-buahan dan biji-bijian? Apakah ia harus berburu untuk mendapatkan makanan? Apakah ia harus membuka lahan dan menanam benih tumbuhan? Jawaban pada pertanyaan ini tergantung pada karateristik pulau, iklim, flora dan faunanya (apakah ada buah dan biji-bijian disana?), tingkat keahlian dan pengetahuannya (apakah ia tahu cara bertani?), dan preferensinya (ia mungkin seorang vegetarian).

Biaya oportunitas Konsep pilihan terbatas dan kelangkaan adalah inti dalam disiplin ilmu ekonomi. Konsep ini bisa diterapkan ketika kita membahas perilaku individu seperti Bill dan ketika kita menganalisis perilaku banyak orang dalam masyarakat yang kompleks. Akibat kelangkaan waktu dan sumber daya, Bill tak punya banyak waktu untuk mengumpulkan buah dan biji-bijian jika ia memilih untuk berburu—ia menukar lebih banyak daging dengan lebih sedikit buah. Bill juga mengalami dilema antara makanan dan tempat berteduh. Jika Bill ingin merasa nyaman, ia mungkin akan mendirikan bangunan yang nyaman untuk ditinggali, tapi ia mungkin harus mengorbankan makanan yang mungkin ia hasilkan. Alternatif baik yang sering kita abaikan ketika menetapkan pilihan adalah biaya oportunitas dari pilihan itu.

Bill kadang memutuskan untuk beristirahat, berjemur di pantai, dan menikmati sinar matahari. Di satu sisi, kesenangan ini gratis—ia tidak harus membayar untuk suasana pribadi yang ia dapatkan. Tapi nyatanya, biaya oportunitas tetap ada. Biaya sesungguhnya dari kesenangan itu adalah nilai dari sesuatu yang lain yang bisa diproduksi oleh Bill, tetapi tidak ia lakukan, selama ia menghabiskan waktu dipantai.[1]

 

 

B.     Ekonomi Satu Pulau Lima Orang

 

Sekarang bayangkanlah ada satu kapal tenggelam di tengah laut, semua penumpangnya meninggal atau hilang, kecuali empat orang  yang terdampar di pulau tersebut.  Jadi di pulau itu sekarang ada lima orang.  Orang pertama memiliki ikan hasil tangkapannya, orang kedua memiliki beras yang dibawanya dari kapal, orang ketiga memiliki kantong tidur (sleeping bag) yang  selalu dibawanya, orang keempat memiliki pisau kesayangannya, dan orang kelima memiliki radio kecil.

Untuk bertahan hidup, masing-masing orang memancing ikannya sendiri-sendiri.  Tentu saja orang pertama yang telah berpengalaman memancing ikan, selalu mendapat ikan yang lebih banyak, dan beristirahat keesokan harinya.  Bila ia ingin makan ikan bakar tanpa harus susah payah menyalakan api, maka ia meminjam pisau orang keempat dengan imbalan memberi sebagian ikan simpanannya.  Bila ia ingin makan ikan bakar sambil mendengarkan radio, ia meminjam radio dengan memberi imbalan ikan simpanannya kepada orang kelima.  Begitu seterusnya.  Tidak selamanya pertukaran itu berlangsung mulus, ada kalanya ia tidak ingin meminjam pisau sedangkan orang keempat sangat memerlukan ikan.  Atau ia sangat ingin beras, padahal orang kedua ingin berasnya ditukar dengan radio agar dapat berhubungan dengan dunia luar.  Bukan saja tidak mulus, bahkan juga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencari kecocokan apa yang akan ditukar dengan siapa.  Keadaan ini dalam ilmu ekonomi disebut double coincidence needs  yaitu pertukaran hanya dapat terjadi bila ada keinginan yang cocok antara kedua pihak.[2]  

 

C.    Ekonomi Satu Pulau Lima Orang dan Uang dari Langit

 

Sekarang bayangkanlah, ada sebuah helicopter yang baru saja merampok bank. Untuk jejak, uang hasil rampokan tersebut dijatuhkan ke beberapa pulau sebagai tempat penyimpanan harta rampokan.  Uang yang dijatuhkan dari helicopter tersebut (helicopter money) diantaranya jatuh di pulau tempat kelima orang tadi, lebih tepatnya, jatuh tepat didepan orang pertama.  Katakan saja jumlah uangnya adalah M1 yaitu sebesar 1 juta rupiah.  Jadi sekarang telah terjadi perubahan jadi ekonomi tanpa uang (moneyless economy) menjadi ekonomi uang (money economy).

Orang pertama menawarkan kepada orang kedua, inginkah ia menukar berasnya dengan uang tersebut.  Orang kedua setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralihlah uang tersebut kepada orang kedua. 

Orang kedua menawarkan kepada orang ketiga, inginkah ia menukar sleeping bag nya dengan uang tersebut.  Orang ketiga juga setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih pula uang tersebut kepada orang ketiga.

Orang ketiga menawarkan kepada orang keempat, inginkah ia menukar pisau miliknya dengan uang tersebut.  Orang keempat setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih lagi uang tersebut kepada orang keempat.

Orang keempat menawarkan kepada orang kelima, inginkah ia menukar radio miliknya dengan uang tersebut.  Orang kelima setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih lagi uang itu kepada orang kelima.

Orang kelima menawarkan kepada orang pertama, inginkah ia menukar ikan tangkapannya dengan uang tersebut.  Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya.  Beralih kembali uang itu kepada orang pertama.

Secara formal dikatakan bahwa jumlah uang yang beredar dalam ekonomi adalah M1 (money at time 1), berapa kali uang tersebut berpindah tangan adalah V1 (velocity of money at time 1), harga masing-masing barang yang dipertukarkan adalah P1 (price at time 1), dan jumlah barang yang dipertukarkan adalah T1 (goods being traded at time 1).

Dalam contoh ini:

M1  =   Rp 1 juta

V1   =   5 kali

P1    =   Rp 1 juta

T1    =   5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik[3]:

                        M1 x V1            =     P1 x T1

                        Rp 1 juta x 5  =     Rp 1 juta x 5

 

Sekarang katakanlah, helikopter ini menjatuhkan lagi uang sejumlah Rp 2 juta, dan jatuh lagi tepat didepan orang pertama. Proses yang sama terjadi, orang pertama menawarkan uang tersebut kepada orang kedua untuk ditukar dengan beras.  Orang pertama setuju asalkan seluruh uang tersebut untuknya yaitu sejumlah Rp 3 juta (Rp 1 juta pertama dan Rp 2 juta kedua).  Uang tersebut beralih kepada orang kedua.  Dan begitu seterusnya sebagaimana telah terjadi sebelumnya.  Perbedaannya adalah jumlah uang beredar sekarang M2 jumlahnya Rp 3 juta.  Harga masing-masing barang pun sekarang berubah menjadi P2 yaitu Rp 3 juta. Secara formal dapat ditulis:

M=   Rp 3 juta

V2   =   5 kali

P2   =   Rp 3 juta

T2   =   5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

Bila transaksi ini dirumuskan dalam rumus matematik:

                        M2 x V2            =         P2 x T2

                        Rp 3 juta x 5  =         Rp 3 juta x 5

 

Jadi kenaikan jumlah uang beredar ternyata telah meningkatkan harga masing masing barang.  Kenaikan harga-harga secara umum ini disebut inflasi.[4]

Dalam contoh ini juga terlihat bahwa perubahan aspek moneter yaitu jumlah uang yang beredar, ternyata tidak membawa perubahan apa-apa pada ekonomi riil.  Jumlah barang yang dipertukarkan dalam ekonomi tidak berubah.  Pendapatan nominal setiap kali menjual barang memang naik dari Rp 1 menjadi Rp 3 juta.  Namun kenaikan pendapatan nominal itu tidak meningkatkan daya beli uang, sehingga pendapatan riil tidak berubah.  Yang berubah adalah harga-harga barang.  Dalam ilmu ekonomi keadaan ini disebut sebagai money neutrality yaitu perubahan yang sifatnya ’once and for all’ atas jumlah uang beredar tidak mengubah variabel-variabel ekonomi sektor riil seperti pendapatan riil. 

Bila perubahan jumlah uang yang beredar tidak hanya terjadi once and for all, namun terjadinya berulang kali dengan pola dinamis, dan ternyata tetap tidak mengubah variable ekonomi sektor rill disebut money superneutrality.

 

 

Ibnu Khaldun merumuskan superneutrality of money ini sebagai berikut:

“Kekayaan suatu Negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang yang dimilikinya. Namun ia ditentukan oleh beberapa besar kemampuan negara itu memproduksi barang dan jasa, serta efisiensi negara tersebut dalam memproduksi”[5]

           

D.    Ekonomi Satu Pulau Lima Orang, Uang dari Langit dan Raja

Sekarang bayangkanlah, orang pertama sebagai orang yang pertama kali ada di pulau itu dan paling berpengalaman menangkap ikan serta selalu saja uang dari helikopter serta selalu saja uang dari helikopter jatuh di depan orang pertama, menjadi orang yang paling dominan dalam perekonomian pulau itu. Demikian dominannya sehingga keempat orang lain sepakat menunjuk orang pertama menjadi pemimpin mereka. Ini diperlukan untuk mengatur lokasi pemancingan masing-masing orang. Jadi, sekarang telah terjadi perekonomian dengan pemerintah dimana orang pertama menjadi rajanya.

Ada dua perubahan penting dalam perekonomian pulau itu dengan ditunjukkannya orang pertama sebagai raja, yaitu:

 

1.      Adanya kepemimpinan

 

Menurut kesepakatan dipulau itu, orang pertama mempunyai hak untuk mengatur agar kegiatan ekonomi berjalan dengan adil yaitu memastikan tidak ada satu pihakpun yang terdzalimi. Hal ini dianggap penting karena suatu hari ketika orang keempat menukar uangnya dengan radio milik orang kelima, ternyata orang kelima berbuat curang dengan menahan batere radio tersebut. Orang kelima berdalih bahwa yang ia tukarkan adalah radio, tidak termasuk batere.  Sehingga terjadi keributan.

 

2.      Adanya efektifitas kepemimpinan

 

Keadaan objektif yang membuat kepemimpinan orang pertama dapat berjalan efektif adalah ia mempunyai kekuatan ekonomi yang paling besar. Ia menjadi pembeli terbesar karena dengan tangkapan ikan dan uang dari helicopternya, ia memiliki daya beli besar (purchasing power) untuk dapat menukar dengan barang-barang milik orang lainnya.  Ia juga menjadi penjual terbesar karena sumberdaya awal (initial endowment) yang dimilikinya berupa ikan tangkapan dan uang dari helicopter.  Kefektifan kepemimpinan ini penting karena sebelumnya orang kedua berusaha menjadi pemimpin dengan beras yang dimilikinya sebagai modal kekuatan ekonominya.  Orang kedua berpikir karena semua orang pasti memerlukan beras, maka sumberdaya yang dimilikinya menjadi faktor paling strategis untuk menjadi pemimpin.  Namun ternyata ketiga orang lainnya makan ”daging” kelapa muda belajar dari orang pertama bagaimana mengatasi ketiadaan beras di pulau itu.[6]

 

 

 

 

 

 

Dampak adanya kepemimpinan:

 

Ditunjuknya orang pertama sebagai pemimpin menimbulkan implikasi baru.  Jasa yang diberikannya untuk memastikan mekanisme pasar berjalan secara adil merupakan kenikmatan yang diperoleh oleh orang-orang pulau itu.  Untuk itulah mereka bersedia memberikan kompensasi kepada orang pertama penghargaan berupa uang atau barang.  Uang penghargaan inilah yang kemudian dikenal sebagai pajak.  Bahkan keempat orang itu bersedia membayar pajak lebih banyak bila digunakan untuk menyediakan hal-hal yang berguna bagi mereka, misalnya untuk memasang obor di pelosok pulau sehingga mobilitas mereka di malam hari menjadi lebih mudah.[7]

 

Dampak adanya efektifitas kepemimpinan:

 

Kekuatan ekonomi yang dimiliki orang pertama menimbulkan implikasi baru. Transaksi di pulau menjadi lebih efisien lagi.  Orang-orang selain orang pertama, kini dapat menjual miliknya kepada orang pertama.  Selanjutnya bila mereka memerlukan sesuatu, mereka dapat memperolehnya dari orang pertama.  Orang pertama telah berubah menjadi seorang produsen, konsumen, sekaligus seorang pedagang.  Sebagai seorang pedagang, ia membeli barang untuk menjualnya lagi.  Bila orang kedua ingin menukar sesuatu, ia mendatangi orang pertama, menjual berasnya, mendapat bayaran uang, kemudian dengan uangnya itu ia membeli sleeping bag atau pisau, atau radio dari persediaan yang dimiliki orang pertama.  Begitu pula dengan orang ketiga dan seterusnya.  Mereka membawa barang yang mereka miliki, menjualnya pada orang pertama, kemudian membeli barang yang mereka perlukan dari orang pertama.[8]

 

E.     Ekonomi Banyak Pulau, Banyak Orang, Banyak Uang, Banyak Raja

 

Pertama,bayangkanlah di pulau tersebut tinggal satu juta orang yang perilaku ekonominya persis sama dengan orang pertama dan disebut sebagai masyarakat golongan nelayan dan saat ini menguasai birokrasi pemerintahan, satu juta orang yang perilakunya persis sama dengan orang kedua dan disebut sebagai masyarakat golongan pertama (pangan), satu juta orang yang perilakunya sama persis dengan orang ketiga dan disebut sebagai masyarakat golongan penjahit (sandang), satu juta orang yang perilakunya sama persis dengan orang keempat dan disebut sebagai masyarakat golongan tukang kayu (papan) dan ada  satu juta orang yang perilakunya sama persis dengan orang kelima disebut sebagai masyarakat golongan telekomunikasi. Karena satu juta orang tersebut berperilaku persis sama dengan orang yang pertama, dan seterusnya satu juta orang berikutnya persis sama dengan orang berikutnya, maka tidak ada perubahan apapun atas analisis sebelumnya yang telah dijelaskan. Perilaku satu atau satu juta orang yang berperilaku sama, dalam konteks analisis perilaku makroekonomi tidak membawa perubahan apapun.

Kedua, bayangkanlah pulau yang dari tadi kita bicarakan adalah sebuah negara yang mempunyai kedaulatan sendiri. Inipun tidak membawa perubahan apapun terhadap analisis sebelumnya.

Ketiga, bayangkanlah uang yang jatuh dari helikopter itu adalah uang yang dicetak oleh pemerintah negara tersebut. Anggaplah helicopter itu pabrik pencetakan uang. Ini juga tidak merubah apapun atas analisis sebelumnya.[9]

Sekarang bayangkanlah ternyata tidak hanya ada satu pulau, ternyata ada banyak pulau lain. Masing-masing pulau keadaannya seperti pulau pertama, ada lima juta orang yang perilakunya lima macam, juga ada uang namun jenisnya berbeda pada masing-masing pulau. Di tiap pulau memiliki rajanya masing-masing.

Jadi kini bayangkanlah, ada banyak negara, dengan banyak orang, banyak jenis uang dan masing-masing negara memiliki pemerintahan masing-masing. Namun untuk kemudahan penjelasan, akan tetap digunakan orang pertama sampai dengan orang kelima, helicopter money, pulau dan raja. Toh tidak mengubah analisis.

 

Kita ingat kembali keadaan di pulau pertama, dimana:

 

M1 (Pulau 1)     = Rp 1 juta

V1  (Pulau 1)    = 5 kali

P1 (Pulau 1)      = Rp 1 juta

T1 (Pulau 1)      = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

Untuk membedakan dengan uang antarpulau, katakanlah uang di pulau  pertama berwarna merah semua (disebut Rp), di pulau kedua warna hijau semua (disebut (Sin $), di pulau-pulau berikutnya berturut-turut berwarna kuning (disebut SR) dan biru (disebut RM).

 

Katakanlah keadaan di pulau kedua sebagai berikut:

 

M1 (Pulau 2)     = Sin $200

V1  (Pulau 2)    = 5 kali

P1 (Pulau 2)      = Sin $200

T1 (Pulau 2)      = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

Katakanlah keadaan di pulau ketiga sebagai berikut:

 

M1 (Pulau 3)     = SR 3300

V1  (Pulau 3)    = 5 kali

P1 (Pulau 3)      = SR 3300

T1 (Pulau 3)      = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

Katakanlah keadaan di pulau ketiga sebagai berikut:

 

M1 (Pulau 4)     = RM 330

V1  (Pulau 4)    = 5 kali

P1 (Pulau 4)      = RM 330

T1 (Pulau 4)      = 5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)[10]

 

Artinya, harga ikan sama, harga beras sama, harga sleeping bag, harga pisau, harga radio di pulau pertama masing-masing adalah Rp 1 juta. Harga-harga barang yang sama di pulau kedua adalah Sin $ 200, di pulau ketiga harganya SR 3300, di pulau keempat harganya RM 330. Atau dengan kata lain:

            Rp 1 juta          = Sin $ 200      = SR 3300        = RM 330

 

 

Bagi orang di pulau pertama, uang merahnya ekivalen dengan uang-uang lain sebagai berikut:

 

            Sin $ 1             =          Rp 5000 (Rp 1 juta/Sin $ 200)

            SR 1                 =          Rp 303 (Rp 1 juta/SR 3300)

            RM 1               =          Rp 3030 (Rp 1 juta/RM 330)

 

Sekarang katakanlah, ketika helicopter menjatuhkan lagi uang sejumlah Rp 2 juta ke pulau pertama, tidak ada uang yang dijatuhkan ke pulau-pulau lain.

 

Secara formal dapat ditulis:

 

            M2 (Pulau Pertama)      =          Rp 3 juta

V2 (Pulau Pertama)       =          5 kali

P2 (Pulau Pertama)       =          Rp 3 juta

T2 (Pulau Pertama)       =          5 (ikan, beras, sleeping bag, pisau, radio)

 

            Artinya, terjadi kenaikan harga di pulau pertama yaitu harga ikan sama, harga beras sama, harga sleeping bag, harga pisau, harga radio di pulau pertama masing-masing adalah Rp 3 juta. Sedangkan harga-harga barang yang sama di pulau lainnya tidak mengalami kenaikan. Harganya tetap di pulau kedua adalah Sin $ 200, di pulau ketiga harganya SR 3300, di pulau keempat harganya RM 330. Atau dengan kata lain:

 

Rp 3 juta          =          Sin $ 200         =          SR 3300           =          RM 330

 

Bagi orang di pulau pertama, uang merahnya ekivalen dengan uang-uang lain sebagai berikut:

 

Sin $ 1             =          Rp 15000 (Rp 3 juta/Sin $ 200)

            SR 1                 =          Rp 909 (Rp 3 juta/SR 3300)

            RM 1               =          Rp 9090 (Rp 3 juta/RM 330)[11]

 

Dalam ilmu ekonomi makro, bagi penduduk pulau pertama yang mengalami melemahnya nilai tukar mata uang di pulau pertama disebut mata uangnya terdepresiasi. Sedangkan bagi penduduk pulau-pulau lainnya yang mengalami penguatan nilai mata uangnya terhadap mata uang pulau pertama disebut mata uangnya terapresiasi terhadap mata uang pulau pertama. 

Sekarang katakanlah, raja pulau pertama tidak ingin uangnya terdepresiasi. Ketika ia menerima uang tambahan dari helicopter, ia tidak serta merta menggunakan uang tersebut. Sebaliknya, uang tersebut ia simpan saja sehingga uang yang beredar di pulau pertama tetap sama dengan keadaan awal yaitu Rp  1 juta. Ini berarti nilai tukar mata uang pulau pertama tidak mengalami depresiasi yang berarti merupakan proses dari sterilisasi.

Dalam contoh yang lebih realistis, bayangkanlah pulau pertama mendapat devisa SR 100 (contoh paling mudahnya di beri hibah berupa uang) oleh pulau lainnya. Dengan uang tersebut, raja pertama dapat mengeluarkan sejumlah uang simpanannya senilai SR 100 yaitu 3030 (100 x 303). Namun bila hal ini dilakukannya, maka nilai tukar uangnya akan terdepresiasi. Itu sebabnya hibah SR 100 itu disimpan saja oleh pulau pertama. Jadi dampak perubahan nilai tukar uang akibat naiknya devisa negara disterilisasi.[12]

 

 

F.      Mungkinkah Perekonomian Tanpa Bunga? (Materi Intermediate)

 

Telah dijelaskan dalam model yang dikembangkan mulai dari bentuk yang paling sederhana yaitu ekonomi satu orang sampai bentuk yang kompleks dengan jutaan orang, dengan dimasukkannya unsur  uang, dan juga adanya pemerintah. Dan ternyata kita dapat menjelaskan dalam bentuk yang paling kompleks. Bunga uang tidak perlu dan tidak penting dalam model ekonomi. Bunga dapat dimasukkan ke model ekonomi ini, tapi sekali lagi tidak perlu. Dalam sub bahasan berikutnya akan dijelaskan bahwa memasukkan unsur  bunga dalam perekonomian sebenarnya merupakan penyederhanaan yang berlebihan (over simplication) dari konsep rate of profit (dalam teori klasik Adam Smith.[13]

 

G.    Mengapa Ada Bunga Dalam Perekonomian? (Materi Intermediate)

 

Homer dan Sylla menjelaskan bahwa bunga uang telah dikenal jauh sebelum Masehi, yaitu sejak zaman Sumeria dan Babylonia Purba tahun 3000 SM. Jadi umur konsep bunga telah teramat tua. Setua itu pula larangan mengenakan bunga, paling tidak larangan bunga dapat ditemukan di kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur’an.

Dalam sejarah ekonomi Eropa dibedakan antara usury dan interest. Usury didefinisikan sebagai kegiatan meminjamkan uang “where more is asked that is given”. Kata usury berasal dari kata benda dalam bahasa Latin ‘usura’ berarti “use”atau menggunakan sesuatu. Dalam hal ini yang dimaksud adalah menggunakan modal yang dipinjam, jadi usury ialah harga yang harus dibayar untuk menggunakan uang.

            Dalam bahasa arab usr berarti kesulitan. Mengambil riba dipercaya akan menimbulkan kesulitan.seperti yang tertuang dalam QS. An-nisa’(4): 160-161, yang artinya: “sebagaimana telah ditimpakan kepada kaum sebelumnya yang kepada mereka telah diharamkan hal yang tadinya halal dan baik karena mereka banyak menghalangi orang dari jalan Allah dan karena mereka memakan riba padahal telah diharamkan kepada mereka”.[14]



[1] Karl  E.Case & Ray C.Fair, Prinsip-Prinsip Ekonomi Edisi Kedelapan Jilid 1, (Jakarta: Erlangga. 2007), hlm.31-33.

[2] Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: IIIT-Indonesia, 2003), hlm.31.

[3] Adiwarman A. Karim, ibid, hlm. 32.

[4] Ibid, hlm. 33.

[5] Ibid, hlm. 33.

[6] Ibid, hlm. 34.

[7] Ibid, hlm. 35.

[8] Ibid. hlm. 35.

[9] Ibid, hlm. 35-36.

 

[10] Ibid, hlm. 37.

 

[11] Ibid, hlm. 38.

 

[12] Ibid, hlm. 38.

[13] Ibid, hlm. 38.

[14] Ibid, hlm. 41.

No comments:

Post a Comment

MANAGEMEN PEMASARAM BANK

  BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Lembaga keuangan perbankkan dalam kinerja untuk kesuksesan baik manajemen maupun operasiona...